Tradisi dalam Teori Komunikasi
Tugas Matakuliah Teori Komunikasi
Membaca dan Meringkas Salah Satu Tradisi dalam Teori
Komunikasi
Dikerjakan
oleh:
Yulius
Haryanto Seran
Tradisi Fenomenologis
Pengantar
Tradisi fenomenologis mementingkan proses pengetahuan atau pemahaman
akan sebuah realitas berdasarkan pengalaman seseorang. Contohnya, orang
mencaritahu tentang bintang atau langit karena didorong oleh pengalamannya
melihat bintang dan langit. Cahaya, kecepatan, waktu, kejadian, energi,
pergerakan dan jarak, ada untuk kita ketahui dengan melihat ke langit malam,
serta dengan sadar kita memikirkan makna dari semuanya.
Gagasan Utama dari Tradisi Fenomenologis
Istilah phenomenon mengacu
pada kemunculan sebuah benda, kejadian atau kondisi yang dilihat. Oleh karena
itu fenomenologi adalah metode yang digunakan manusia untuk memahami dunia
melalui pengalaman langsung. Dengan demikian pengalaman nyata manusia adalah
data pokok dari sebuah realitas di dunia. Contoh: jika ingin mengerti tentang
cinta maka jangan bertanya kepada ahli psikologi tapi pahamilah cinta
berdasarkan pada pengalaman cinta pribadi anda.
Tiga prinsip dasar fenomenologi menurut Stanley Deetz:
1.
Pengetahuan
ditemukan secara langsung dalam pengalaman sadar – kita akan mengetahui dunia
ketika kita berhubungan dengannya.
2.
Makna
benda terdiri atas kekuatan benda dalam kehidupan seseorang.
3.
Bahasa
merupakan kendaraan makna.
Dalam fenomenologi, interpretasi sangatlah penting. Karena melalui
interpretasi, orang dapat menentukan makna dari sebuah pengalaman. Hal ini
berbeda dengan tradisi semiotik yang menganggap interpretasi terpisah dari
realitas. Interpretasi dalam fenomenologi adalah proses aktif pikiran dan
tindaan kreatif dalam mengklarifikasi pengalaman pribadi. Proses penentuan
makna itu bergerak dari yang khusus ke yang umum, kemudian kembali ke yang
khusus, yang dikenal dengan Hermeneutic
Circle.
Keragaman dalam Tradisi Fenomenologis
Ada tiga kajian pemikiran umum dalam tradisi fenomenologis yaitu:
1.
Fenomenologi
klasik
2.
Fenomenologi
persepsi
3.
Fenomenologi
hermeneutic.
Fenomenologi klasik biasanya dihubungkan dengan Edmund Husserl, yang
selama pertengahan abad ke-20 mengembangkan metode “meyakini kebenaran melalui
kesadaran yang terfokus.” Baginya, kebenaran dapat diyakinkan melalui
pengalaman langsung, dengan catatan kita harus disiplin mengalami sesuatu.
Untuk mencapai kebenaran melalui perhatian sadar, orang harus mengesampingkan
kebiasaan2 pribadi, kategori-kategori subyektif yang ada di dalam diri
seseorang. Oleh karena itu metode Husserl merupakan sebuah pendekatan yang
sangat bersifat obyektivistik.
Fenomenologi persepsi, adalah mazhab atau aliran kedua yang menentang
metode obyektif dari Husserl. Aliran ini dipelopori Maurice Merleau – Ponty.
Baginya, manusia merupakan sosok gabungan antara fisik dan mental yang
menciptakan makna di dunia. Kita dapat mengetahui sesuatu hanya lewat
pengalaman kita berhubungan dengan benda itu. Manusia adalah penafsir untuk
memberikan makna kepada benda itu. Metode ini sangat menekankan subyektivitas.
Fenomenologi hermeneutic adalah kelanjutan dari kedua fenomenologi di
atas, tetapi tradisinya lebih luas dalam bentuk penerapan yang lebih lengkap
dalam komunikasi. Tokoh penting dalam aliran ini adalah filsuf eksistensialis
Martin Heidegger, yang mengemukakan pemikiran tentang “hermeneutic of Dassein”
yang berarti Interpretasi tentang “keberadaan”. Baginya, untuk mengetahui
kebenaran melalui pengalaman, maka unsur yang penting adalah bahasa. Di dalam
bahasa, sesuatu menjadi ada. Maka komunikasi (lewat bahasa) merupakan kendaraan
yang menentukan makna dari sebuah realitas berdasarkan pengalaman.***
Dirangkum Dari Buku:
Stephen W
Littlejohn & Karen A. Foss, Theories of Human Communication, Jakarta,
Salemba Humanika, 2011, p 57-59
Komentar
Posting Komentar