teori dalam sosiologi komunikasi
1. Apa asumsi utama dari teori peniruan
sosial di bawah ini? Berikan contohnya
a. Teori
Imitasi
b. Teori
Identifikasi
c. Teori
Belajar sosial
TEORI IMITASI
Asumsi dasar dari teori
imitasi adalah bahwa manusia cenderung untuk meniru perbuatan orang lain,
semata-mata karena hal itu merupakan bagian dari sifat biologis mereka untuk
melakukan hal tersebut. “Semua orang memiliki kecenderungan yang kuat untuk
menandingi (menyamai atau melebihi) tindakan di sekitarnya.” (Tarde, 1903)
Proses meniru ini sendiri
dilakukan tanpa memahami kenapa subjek yang perilakunya ditiru melakukan
perbuatan itu. Ia hanya meniru tanpa mengetahui alasan kenapa harus meniru, dan
yang ditiru adalah sikap, perilaku, gaya, cara berfikir, penampilan,
keterampilan, kemampuan, dan lain-lain.
Contoh : seorang anak muda
meniru dandanan atau busana dan gaya rambut dari artis-artis yang di
idolakannya.
TEORI
IDENTIFIKASI
Asumsi dasar dari teori
identifikasi adalah :
Pertama, perilaku ketika seseorang bertindak atau merasa seperti
orang lain ( Bronfernhrenner, 1960). Kedua, suatu motif dalam bentuk
suatu kegiatan umum untuk berbuat atau menjadi seperti orang lain. Ketiga,
proses atau mekanisme melalui mana anak-anak menyamai suatu model dan
menjadikan dirinya seperti model itu. Identifikasi tidak hanya sekedar meniru
melainkan karena sudah mempunyai suatu alasan yang kuat kenapa dia meniru. Ia
ingin meniru karena meyakini sebuah nilai yang sama serta meyakini ada manfaat
untuknya. Identifikasi adalah imitasi yang mendalam sehingga ingin menjadi sama
dengan pihak lain baik secara disengaja maupun tanpa disengaja.
Contoh: seorang anak
menjadi anggota militer karena orang tuanya adalah seorang tentara. Dalam
pengalamannya seorang anak melihat bahwa menjadi tentara adalah pekerjaan yang
mulia berdasarkan kesaksian hidup orangtuanya. Maka ia pun bercita-cita untuk menjadi
seperti orang tuanya.
TEORI
SOCIAL LEARNING
Teori Pembelajaran Sosial
merupakan perluasan dari teori belajar perilaku yang tradisional
(behavioristik). Teori pembelajaran social ini dikembangkan oleh Albert Bandura
(1986). Teori ini menerima sebagian besar dari prinsip – prinsip teori – teori
belajar perilaku, tetapi memberikan lebih banyak penekanan pada kesan dan
isyarat – isyarat perubahan perilaku, dan pada proses – proses mental internal.
Teori belajar social menekankan bahwa lingkungan – lingkungan yang dihadapkan
pada seseorang secara kebetulan; lingkungan – lingkungan itu kerap kali dipilih
dan diubah oleh orang itu melalui perilakunya sendiri. Menurut Bandura,
sebagaimana dikutip oleh (Kard,S,1997:14) bahwa “sebagian besar manusia belajar
melalui pengamatan secara selektif dan mengingat tingkah laku orang lain”. Inti
dari pembelajaran social adalah pemodelan (modelling), dan pemodelan ini
merupakan salah satu langkah paling penting dalam pembelajaran terpadu.
Ada dua jenis pembelajaran melalui
pengamatan. Pertama,
pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi melalui kondisi yang dialami
orang lain, Contohnya : seorang
pelajar melihat temannya dipuji dan ditegur oleh gurunya karena perbuatannya,
maka ia kemudian meniru melakukan perbuatan lain yang tujuannya sama ingin
dipuji oleh gurunya. Kejadian ini merupakan contoh dari penguatan melalui
pujian yang dialami orang lain. Kedua,
pembelajaran melalui pengamatan meniru perilaku model meskipun model itu tidak
mendapatkan penguatan positif atau penguatan negative. Ia memperhatikan
model itu mendemonstrasikan sesuatu yang ingin dipelajari dan berharap mendapat
pujian atau penguatan apabila menguasai secara tuntas apa yang dipelajari itu.
2. Apa yang dimaksud dengan Media Massa
sebagai agen sosialisasi?
Media massa memiliki
pengaruh besar di tengah masyarakat untuk menyosialisasikan berbagai
nilai-nilai dan norma. Demikian besarnya peran media massa dalam kehidupan
sehingga orang pada umumnya sepakat bahwa cukup banyak hal-hal yang menjadi
prilaku masyarakat yang bersumber dari media massa. Berbagai hal yang diperoleh
dari media massa itu bahkan menjadi sebagian dari nilai-nilai yang berlaku pada
diri seseorang. Karena itu media massa disebut sebagai salah satu agen
sosialisasi.
Sosialisasi merupakan dasar
atau basis bagi kelangsungan suatu masyarakat sebagai suatu sistem yang
berkesinambungan dan stabil. Setiap orang pasti mengalami proses hidup
bermasyarakat, artinya hidup bersama sama dengan orang-orang lain yang ada
disekitarnya. Dalam proses sosialisasi yang dilakukan media massa tiap orang
belajar tentang berbagai nilai dan norma kehidupan. Melalui proses itu
seseorang menjadi tahu tentang apa yang boleh dan tidak boleh, serta apa yang
seharusnya dan seyogianya tidak dilakukan dalam hidup ditengah masyarakat untuk
tegaknya ketertiban sosial.
Akan tetapi selain efek yang
diharapkan dari proses sosialisasi yang dilakukan media massa, terdapat pula
efek yang tidak diharapkan. Dell Fleur (1970) menunjukan bahwa media masa
dianggap bertanggung jawab mengenai terjadinya lima gejala dalam masyarakat,
yaitu :
1.
Membuat selera budaya masyarakat menjadi rendah;
2.
Menaikan tingkat kenakalan;
3.
Ikut menyumbang kerusakan moral secara umum;
4.
Menjinakan massa untuk kepentingan politik;
5. Menekan kreatifitas
Selain efek diatas, sistem
pemerintah yang dianut akan akan mempengaruhi isi media tersebut. Isi media
yang disiarkan media massa di negara yang menganut sistem komunis sudah pasti
akan menyosialisasikan bagian dari doktrin partai yaitu nilai-nilai partai. Dan
itu merupakan efek yang tidak diharapkan karena telah menjadikan media massa
tidak memiliki kebebasan untuk menyosialisasikan nilai-nilai yang lain.
- Apa yang anda ketahui
tentang efek media massa? Ada berapa jenis efek media dan berikan
contohnya!
Selalu ada dua sisi untuk melihat media massa yaitu dampak
positif dan negative.
a. Dampak
Positif media massa.
Dampak positif media massa terhadap masyarakat ialah masyarakat
akan memperoleh sesuatu informasi dan berita dengan lebih pantas sesuai yang
mereka butuhkan. Contohnya berita pengeboman kenaikan harga BBM dan peperangan
di Gaza Palestina walaupun berada di negara yang berbeda namum informasi yang
datang dengan pantas di sampaikan melalui media massa. Hal ini akan menyebabkan
masyarakat bersikap lebih peka terhadap isu-isu yang di beritakan oleh media
massa.
Selain itu melalui penggunaan internet dan handphone canggih
membolehkan masyarakat keluar dari ketertinggalan mereka akan uatu informasi
dan perkembangan media massa. Hal ini terjadi kerana apabila adanya interaksi
antara sesuatu masyarakat dengan masyarakat yang lain maka menyebabkan kita
tidak melihat dari sudut pandangan berdasarkan pandangan diri sendiri kita
saja. Contohnya media massa memaparkan selogan - selogan seperti
selogan untuk sering-seringlah membaca, selogan untuk antirokok, slogan Cintai
alam sekitar dan sebagainya yang dilihat berhasil untuk mempengaruhi masyarakat
untuk menjalaninya.
b. Dampak
Negatif media massa.
Dampak atau kesan negativ dari media massa tehadap
masyarakat yaitu, media massa merupakan salah satu alat untuk menyebarkan
opini, rumor, gossip, propaganda, pesan-pesan politik dan lain-lain kepada
masyarakat luas.
Sering kali sekarang banyak pemberitaan yang melakukan adegan
kekerasan, menampilkan suatu aksi pornografi, musik yang disampaikan juga tidak
sesuai umur yang mengakibatkan efek negatif dari anak-anak yang di bawah umur.
Dampak negatif yang lainnya adalah, media massa zaman sekarang
bisa diatur penyiarannya. Kita lihat sekarang, beberapa Stasiun TV
mempropagandakan suatu pesan untuk mendukung tokoh tertentu dan itu tidak bagus
untuk suatu media massa karena informasi yang di sampaikan masi belum jelas
adanya. Sebagai contoh: Iklan Partai PERINDO terdapat di Stasiun TV yang tergabung
dalam MNC Group. Seharusnya seorang yang bergelut dibidang pers itu bersifat
netral.
JENIS-JENIS EFEK MEDIA MASSA
Keith R. Stamm dan Johan E. Bowes menjelaskan
ada tiga jenis efek dalam komunikasi massa:
1.
Efek Tidak Terbatas (1930-1950)
Efek tidak terbatas bukan berarti nyata-nyata
tidak terbatas. “Efek tidak terbatas ini sebelumnya hanya digunakan untuk
membagi rentang waktu efek komunikasi massa yang populer pada tahun 30-an
sampai 50-an”. Efek tidak terbatas ini didasarkan pada suatu teori yaitu teori
peluru (bullet) atau jarum hipodermik (hypodermic needle), dimana media massa
diibaratkan peluru. Jika peluru itu ditembakkan ke sasaran, sasaran tidak akan
bisa menghindar. Analogi ini menunjukan bahwa peluru memiliki kekuatan yang
luar biasa di dalam usaha “memengaruhi sasaran”.
Asumsi efek tidak terbatas ini menjelaskan
bahwa media massa itu memiliki efek tidak terbatas. Ada dua hal yang mendasari
asumsi efek tidak terbatas ini. Kedua hal tersebut adalah sebagi berikut:
a. Ada hubungan yang langsung antara isi
pesan dengan efek yang ditimbulkan.
b. Penerima pesan tidak mempunyai sumber
sosial dan psikologis untuk menolak upaya persuasive yang dilakukan media
massa.
Contoh efek media massa tidak terbatas:
Penggunaan radio sebagi alat kampanye. Kampanye
ini sifatnya sangat persuasif untuk mengubah sikap, opini dan perilaku
masyarakat agar sesuai dengan pesan yang disiarkan. Hal ini pernah dilakukan
oleh Mussolini, Hitler, bahkan W. Churchil dan Rosevelt.
2.
Efek Terbatas (1956-1970)
Jika dalam efek tidak terbatas media massa
memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap audiens, yakni pesan yang
disampaikan oleh komunikator melalui media massa akan mempengaruhi perilaku
audiens atau komunikannya, justru dalam efek terbatas ini pesan yang
disampaikan oleh komunikator melalui media massa sedikit sekali mengubah
perilaku audiens.
Efek terbatas ini pertama kali diperkenalkan
oleh Joseph Klaper. “Ia pernah menulis disertasi tentang efek terbatas media
massa yang dipublikasikannya dengan judul “Pengaruh Media Massa” pada tahun
1960”. Efek terbatas ini didapatkan oleh Joseph Klaper setelah ia meneliti
kampanye publik, kampanye politik dan percobaaan pada desain pesan yang
bersifat persuasif. Dari hasil penelitiannya ia menyimpulkan, ‘ketika media
menawarkan isi yang diberitakan ternyata sedikit yang mengubah pandangan dan
perilaku audience’.
Contoh efek terbatas dari media massa:
Sepanjang PD II, ada usaha mempropagandakan
dan mempromosikan arti pentingnya kehadiran PBB. Masyarakat dipengaruhi untuk
berpartisipasi mendukung suksesnya PBB. Walaupun sudah digunakan secara luas
pada semua media yang disediakan –radio, surat kabar, dan selebaran—ternyata
kampanye tersebut memiliki sedikit dampak pada tingkat partisipasi publik.
3.
Efek Moderat (1970-1980)
Pandangan ini melihat bahwa manusia akan
memberikan respons yang berbeda-beda dalam menerima pesan yang disuguhkan oleh
media massa. “ada beberapa hal yang ikut memengaruhi proses penerimaan pesan
seseorang, misalnya selective exposure. Selective exposure sebenarnya adalah
gejala kunci yang sering dikaitkan dengan model efek terbatas, tetapi bukti
yang ada di lapangan justru sering bertolak belakang”.
Contoh efek moderat dari media massa: Di
Indonesia terpaaan iklan “Larutan Penyegar Cap Kaki Tiga” berupa cairan yang
bisa menghilangkan panas dalam, bibir pecah-pecah, buang air besar dan sariawan
menjadi bukti munculnya efek tidak terbatas. Masyarakat Indonesia menerima
begitu saja pesan tersebut. Bahkan PT Sinde Budi Sentosa sebagai produsen
mendapatkan untung besar dengan produk tersebut dan kesuksesan itu menimbulkan
dampak diproduksinya minuman sejenis. Akan tetapi lambat laun, karena cairan
itu tidak ubahnya minuman biasa dan masyarakat membuktikan; jarang orang yang
mengonsumsi lagi jika terkena panas dalam atau sariawan. Hal ini berarti ada
perubahan dari efek tidak terbatas ke efek terbatas, tetapi masih ada orang
yang mengonsumsi cairan tersebut menjadi bukti adanya efek moderat. Ada
pengaruh, tetapi tidak terlalu besar.
Keith
R. Stamm dan John E. Bowes (1990) membagi jenis efek media
massa menjadi dua yaitu: Pertama, efek
primer meliputi terpaan, perhatian dan pemahaman. Kedua, efek sekunder meliputi perubahan
tingkat kognitif (perubahan pengetahuan dan sikap), dan perubahan perilaku
(menerima dan memilih)”.
Contoh efek primer dan sekunder: suatu saat
Anda menelepon teman Anda untuk mengajak bermain bulu tangkis pada hari jumat
sore. Efek pertama terjadi jika ada jawaban teman Anda lewat telepon, misalnya
dengan suara “halo”. Kemudian, Anda harus yakin bahwa teman Anda tersebut
mendengar suara Anda dengan jelas. Lalu Anda harus menyampaikan permintaan Anda
agar dia dapat mengerti maksud Anda. Dan akhirnya Anda menginginkan jawaban
seperti ini, “wah dengan senang hati” dari teman tadi. Hasil dari tiga poin
pertama adalah efek primer, sedangkan yang terakhir adalah efek sekunder
komunikasi. Bahkan ketika teman Anda tersebut menjawab, “maaf saya sangat sibuk
hari ini” pun merupakan efek. Jawaban itu bisa dimasukan dalam efek sekunder.
Mengapa? Sebab dalam kasus itu ada perubahan perilaku (memilih untuk tidak
mengikuti permintaan Anda).
4.Jelaskan
peran seorang opinion leader dalam sebuah proses komunikasi?
a.
Peran Opinion Leader dalam Komunikasi.
Opinion leader menjadi salah
satu unsur yang sangat mempengaruhi arus komunikasi. Khususnya dipedesaan
berbagai perubahan dan kemajuan masyarakat sangat ditentukan oleh opinion
leader. Misalnya pemimpin opini bisa berperan memotivasi masyarakat agar ikut
serta secara aktif dalam pembangunan, untuk itulah selayaknya pemerintah
memberikan perhatian khusus terhadap pemuka pendapat ini. Bukan sebaliknya
malah menjatuhkan opinion leader tersebut. Misalnya tentang kepercayaan
masyarakat pada program pembangunan, selayaknya pemerintah memfungsikan peran
opinion leader sebagai tokoh sentral dalam pembanguanan di pedesaan.
Contoh: kasus di Peru pernah dilakukan
kampanye inovasi kesehatan kepada penduduk desa yang dilakuakn oleh Lembaga
Pelanyanan Kesehatan. Lembaga ini telah berhasil melakukan program tersebut di
Amerika Latin dengan cara memotivasi penduduk untuk membuat jamban, membakar
sampah, melaporkan kasus-kasus penyakit yang mencurigakan ke Puskesmas dan
memasak air.
b.
Opinion leader dalam kebijakan publik.
Dalam penelitian Van de Ban (1963) di Belanda
menemukan fakta bahwa apa yang dilakuakan oleh pemuka pendapat cenderung
diikuti oleh masyarakat. Pemuka pendapat mempunyai gradasi homofili yan lebih
baik dibanding dengan pihak lain. Homofili artinya suatu tingkat dimana pasanga
individu yang berinteraksi sepadan dalam hal tertentu, seperti suatu
kepercayaan, nilai-nilai, pendidikan dan status sosial. Homofili kebalikan kata
dari heterofili. Jika homofili dalam sistem sosial itu tinggi, maka komunikasi
akan sangat mudah untuk dilakukan, tapi heterofili suatu interaksi dalam
berkomunikasi yang belum mempunyai dasar dalam bentuk kepercayaan untuk
melakukan hal tersebut.
c.
Opinion Leader dalam Kehidupan Politik.
Pemimpin opini adalah mereka yang punya
otoritas tinggi dalam menentukan sikap dan perilaku pengikutnya. Bukan dari
kedudukan, jabatan politik tetapi karena kewibawaan, ketundukan, kharisma,
mitos yang melekat padanya atau karena pengetahuan serta pengalaman yang
dimilikinya. Sebab pada saat sekarang banyak para pemimpin politik yang hanya
disanjung dengan jabatannya saja. Sebagai contoh Megawati ditempatkan sebagai
pemimpin opini dalam politik. Karena ia mampu menentukan sikap dan perilaku
pengikutnya. Megawati bisa “memaksa” pengikutnya untuk memilih PDI-P, apa pun
yang terjadi pada partai tersebut.
- Opinion
Leader dalam Kehidupan Sosial.
Peranan pemimpin opini dalam kehiduan sosial
di Indonesia juga tidak bisa dibilang rendah. Karena pemimpin opini sangat
dipercaya dalam masyarakatnya. Ia ikut dalam menentukan berbagai perilaku
masyarakatnya. Di Indonesia, pemimpin opini ikut menentukan apakah program
keluarga berencana (KB) yang dikampayekan pemerintah pada tahun 70-an sukses
atau tidak.
Komentar
Posting Komentar