Makalah Komunikasi Antarpribadi (interpersonal)
KOMUNIKASI ANTARPRIBADI
(INTERPERSONAL)
Yulius H.S
M.Rizki.F
A. Definisi
Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi antarpribadi adalah suatu proses
pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi. Pengertian
proses mengacu pada perubahan dan tindakan (action) yang berlangsung
terus-menerus. Komunikasi antarpribadi merupakan suatu pertukaran, yaitu
tindakan menyampaikan dan menerima pesan secara timbal balik. Sedangkan makna,
yaitu sesuatu yang dipertukarkan dalam proses tersebut, adalah kesamaan pemahaman
di antara orang-orang yang berkomunikasi terhadap pesan-pesan yang digunakan
dalam proses komunikasi.
Beberapa teori tentang pengertian komunikasi
antarpribadi:
-
Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang berlangsung dalam
situasi tatap muka antara dua orang atau lebih, baik secara terorganisasi
maupun pada kerumunan orang (Wiryanto, 2004). Komunikasi interpersonal (interpersonal
communication) merujuk pada komunikasi yang terjadi secara berlangsung
antara dua orang.
-
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan kepada
pihak lain untuk mendapatkan umpan balik, baik secara langsung (face to face)
maupun dengan media. (Burgon & Huffner, 2002)
-
Definisi lain tentang komunikasi interpersonal, yaitu suatu proses
komunikasi yang bersetting pada objek-objek sosial untuk
mengetahui pemaknaan suatu stimulus (dalam hal ini: informasi/pesan) (McDavid
& Harari).
-
Komunikasi antarpribadi menurut De vito (1976) dalam Liliweri
(1991:12) merupakan pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh
orang lain, atau sekelompok orang dengan efek atau umpan balik yang langsung.
-
Komunikasi
interpersonal diartikan Mulyana (2000:73) sebagai komunikasi antara orang-orang
secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang
lain secara langsung, baik secara verbal maupun nonverbal. Mulyana menjelaskan
bentuk khusus dari komunikasi antarpribadi adalah komunikasi diadik yang hanya
melibatkan dua orang, seperti seorang guru dan siswa. Komunikasi demikian
menunjukkan pihak-pihak yang berkomunikasi berada dalam jarak yang dekat,
saling mengirim dan menerima pesan, baik verbal maupun nonverbal secara
simultan dan spontan.
Berdasarkan pengertian tersebut, paling tidak
ada 5 hal tertentu yang perlu diperhatikan dalam mencermati definisi Komunikasi
antarpribadi yakni :
1. Komunikasi
dilakukan oleh dua orang atau lebih. Misalnya dialog antara dua orang.
2. Menggunakan
media tertentu, misalnya telepon, telepon seluler, atau bertatap muka.
3. Bahasa yang
digunakan biasanya bersifat informal (tidak baku) , kadang-kadang
menggunakan bahasa daerah, bahasa pergaulan atau bahasa campuran.
4. Tujuan
yang ingin dicapai dapat bersifat personal atau pribadi bila komunikasi terjadi
dalam suatu masyarakat, dan untuk pelaksanaan tugas pekerjaan bila komunikasi
terjadi dalam suatu organisasi.
5. Terjadi proses
pertukaran makna antar orang yang saling berkomunikasi, yaitu tindakan
menyampaikan dan menerima pesan secara timbal balik dan akhirnya terjadi
kesamaan pemahaman antara orang yang berkomunikasi.
B. Karakteristik Komunikasi Antarpribadi
Judy C. Pearson (1983) menyebutkan enam
karakteristik komunikasi antarpribadi yaitu :
1. Komunikasi
antarpribadi dimulai dengan diri pribadi (self).
Berbagai persepsi komunikasi yang menyangkut
pengamatan dan pemahaman berangkat dari dalam diri kita, artinya dibatasi oleh
siapa diri kita dan bagaimana pengalaman kita. Contoh : ketika kita berbicara
dengan orang lain, maka kita akan mengungkapkan apa yang kita persepsikan
2. Komunikasi
antarpribadi bersifat transaksional.
Anggapan ini mengacu pada tindakan pihak-pihak
yang berkomunikasi secara serempak menyampaikan dan menerima pesan. Contoh :
ketika dua orang sedang berkomunikasi, tentu adanya saling bertukar pikiran,
perasaan dll.
3. Komunikasi
antarpribadi mencakup aspek-aspek isi pesan dan hubungan antarpribadi.
Maksudnya komunikasi antarpribadi tidak hanya
berkenaan dengan isi pesan yang dipertukarkan, tetapi juga melibatkan siapa
partner komunikasi kita dan bagaimana hubungan kita dengan partner tersebut.
Contoh : hubungan persahabatan, keluarga, rekan kerja, teman bermain dll.
4. Komunikasi
antarpribadi mensyaratkan adanya kedekatan fisik antara pihak-pihak yang
berkomunikasi. Contoh : A dan B ketika berdialog selalu berdekatan supaya bisa
di dengar.
5. Komunikasi
antarpribadi melibatkan pihak-pihak yang saling tergantung satu dengan lainnya
(interdependen) dalam proses komunikasi. Contoh : dialog antara A dan B
satu sama lain saling bergantungan.
6. Komunikasi
antarpribadi tidak dapat diubah maupun diulang (irreversible).
Jika kita salah menguapkan sesuatu kepada
partner komunikasi kita, mungkin kita dapat minta maaf dan diberi maaf, tetapi
itu tidak berarti menghapus apa yang pernah kita ucapkan. Demikian pula kita
tidak dapat mengulang suatu pernyataan dengan harapan untuk mendapatkan hasil
yang sama, karena dalam proses komunikasi antar manusia, hal ini akan sangat
tergantung dari respons partner komunikasi kita.
Menurut Barnlund (dikutip dalam Alo Liliweri:
1991), ciri-ciri mengenali komunikasi antarpribadi sebagai berikut:
1. Bersifat
spontan.
2. Tidak
berstruktur.
3. Kebetulan.
4. Tidak mengejar
tujuan yang direncanakan.
5. Identitas
keanggotaan tidak jelas.
6. Terjadi sambil
lalu.
Edna Rogers (2002: 1), mengemukakan pendekatan
hubungan dalam menganalisis proses komunikasi antarpribadi mengasumsikan bahwa
komunikasi antarpribadi membentuk struktur sosial yang diciptakan melalui
proses komunikasi.
Ciri-ciri komunikasi antarpribadi menurut Rogers
adalah:
1. Arus pesan dua
arah.
2. Konteks
komunikasi dua arah.
3. Tingkat umpan
balik tinggi.
4. Kemampuan
mengatasi selektivitas tinggi.
5. Kecepatan
jangkauan terhadap khalayak relatif lambat.
6. Efek yang
terjadi perubahan sikap.
Selanjutnya salah satu karakteristik penting
dari hubungan antarpribadi adalah bahwa hubungan tersebut banyak yang tidak
diciptakan atau diakhiri berdasarkan kemauan atau kesadaran kita. Kita terlahir
kedalam berbagai hubungan, sebagian berkaitan dengan pekerjaan dan lainnya
merupakan hasil dari perkawinan, dan kita tidak selalu bebas untuk dapat
membentuk hubungan. Hubungan semacam ini berbeda dari hubungan yang secara
sadar kita pilih atau bentuk, karena kendala-kendala yang terdapat pada
perilaku para partisipannya. Artinya, kita tidak bisa begitu saja memutuskan
keluar dari hubungan antara kita dengan pimpinan, teman, orang tua, adik atau
kakak tanpa harus mengorbankan sesuatu (pekerjaan, perasaan, dsb.). meskipun
demikian banyak pula hubungan yang tidak kita rencanakan, dapat menghadirkan
dukungan sosial.
C.
Tahapan dalam Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal).
Komunikasi interpersonal terbentuk melalui tahapan-tahapan. Ada
yang mengarah kepada kondisi dimana hubungan semakin kuat, tapi ada pula yang
mengarah kepada perpecahan atau perpisahan.
Stewart L. Tubbs & Sylvia Moss (1996) dalam
bukunya 'Human Communication' menuliskan analisis Mark Knapp (1984) mengenai
siklus hubungan interpersonal yang terdiri dari 10 tahapan, 5 tahap pertama
merupakan tahap menuju kebersamaan (coming together) dan 5
tahap berikutnya menuju perpisahan (coming apart). Knapp menganggap
hubungan manusia bersifat sekuensial, suatu tahap mengikuti tahap selanjutnya
dengan sedikit kesempatan untuk melompat-lompat. Namun harus diingat bahwa
perpindahan tahap itu dapat maju atau mundur. Banyak hubungan berhenti pada
suatu tahap tertentu (misalnya tahap penjajakan, penggiatan, atau pengikatan),
dan tidak berlangsung lebih jauh lagi.
Siklus hubungan antarpribadi menurut Mark Knapp adalah:
Tahap Memulai (Initiating), merupakan usaha-usaha
yang sangat awal yang kita lakukan dalam percakapan dengan seseorang yang baru
kita kenal. Tujuannya adalah untuk mengadakan kontak dan menyatakan minat.
Biasanya komunikasi dilakukan dengan hati-hati dan konvensional.
Contoh:
"Hai, apa kabar?"
"Baik, bagaimana dengan Anda?"
Tahap Penjajakan (Experimenting) adalah fase di mana kita
mencoba topik-topik percakapan untuk mengenal satu sama lain. Biasanya kita
banyak mengajukan pertanyaan dan berbasa-basi. Tujuan komunkasi di sini adalah
untuk mengetahui kesamaan dan perbedaan di antara kedua belah pihak dengan
cara-cara yang aman. Hubungan akan lebih menyenangkan jika dalam tahap ini
berhasil dibangun kepentingan-kepentingan yang sama. Suka atau tidak suka,
kebanyakan hubungan kita mungkin tidak berlangsung lebih jauh dari tahap ini.
Contoh:
"Oh, jadi Anda senang main ski... Saya
juga."
"Benarkah? Bagus. Di mana Anda biasanya
main ski?"
Intensifikasi (Intesifying) menandai awal keintiman,
berbagi informasi pribadi, dan awal informalitas yang lebih besar. Perubahan
terjadi dalam perilaku komunkasi verbal maupun nonverbal. Secara verbal,
derajat keterbukaan dalam membuka diri lebih besar, misalnya: "Kedua orang
tuaku bercerai..." atau "Aku jatuh hati padamu...", dsb.
Perubahan komunikasi nonverbal menjadi lebih
intim terlihat dari kedekatan fisik, tangan yang berpegangan, kontak mata yang
lebih sering , dsb.
Contoh percakapan:
"Aku...aku kira aku jatuh cinta
padamu."
"Aku... aku juga."
Pengintegrasian (integrating) terjadi bila dua orang
mulai menganggap diri mereka sebagai pasangan. Keduanya secara aktif memupuk
semua minat, sikap dan kualitas yang tampaknya membuat mereka unik sebagai
pasangan. Mereka mungkin juga melakukan hal itu dengan cara simbolik misal
bertukar cincin, menyebut suatu lagu sebagai 'lagu kita', dst.
Contoh percakapan:
"Aku merasa menjadi bagian dari
dirimu..."
"Yah, kita seperti sudah bersatu. Apa yang
terjadi padamu terjadi juga padaku."
Pengikatan (Bounding) adalah tahap yang lebih
formal atau ritualistik, bisa berbentuk pertunangan atau perkawinan, namun
"berhubungan tetap" juga merupakan suatu bentuk pengikatan. Pasangan
tsb sepakat menerima seperangkat aturan atau norma yang mengatur hubungan
mereka, dan mereka kini lebih sulit untuk berpisah.
Contoh percakapan:
"Aku ingin selalu bersamamu."
"Mari kita menikah saja."
Namun dari lima tahapan di atas, hubungan
manusia mungkin stabil dalam tahap-tahap perkembangan sebelum pengikatan, namun
hubungan yang mencapai fase paling akrab pun bisa juga merosot lagi. Hanya saja
pada fase paling akrab, perpisahan tidak terjadi begitu saja, melainkan
berproses, yang ditandai dengan semakin berkurangnya kontak dan keintiman.
Lima tahap berikut ini menggambarkan kemerosotan
yang dapat terjadi dalam hubungan yang telah mencapai tahap pengikatan.
Pembedaan (Differentiating) terjadi bila dua orang
menetapkan bahwa mungkin hubungan mereka terlalu membatasi. Sekarang mereka
mulai memusatkan perhatian pada perbedaan-perbedaan daripada kesamaan-kesamaan.
Mereka ingin mengerjakan urusan mereka sendiri-sendiri, dan mulai menekankan
individualitas. Fase ini ditandai dengan makin seringnya terjadi perselisihan
di antara mereka.
Contoh:
"Aku tidak suka menghadiri
keramaian-keramaian besar."
"Kadang-kadang aku tidak memahamimu. Ini
satu perbedaan di antara kita."
Pembatasan (Circumscribing) adalah suatu tahap yang
menunjukkan bahwa pasangan mulai mengurangi frekuensi dan keintiman komunikasi
mereka. Topik-topik tertentu yang cenderung menimbulkan suasana panas berusaha
dihindari. Sikap mereka menjadi lebih formal seolah-olah mereka tidak mengenal
satu sama lain secara baik.
Contoh:
"Apakah tidak apa-apa kalau aku
berjalan-jalan sekarang?"
"Aku tak peduli. Lakukanlah apa yang ingin
kamu lakukan."
Stagnasi (Stagnating) menunjukkan kemerosotan
hubungan yang semakin jauh sehingga mereka mencoba untuk bertahan dengan
alasan-alasan keagamaan atau keuangan, atau demi kebaikan anak-anak, atau
faktor lain yang tidak berhubungan dengan daya tarik terhadap pasangannya.
Komunikasi verbal dan nonverbal semakin menyerupai komunikasi antara
orang-orang asing. Hubungan itu sendiri tak pernah dibicarakan lagi.
Contoh:
"Apa yang akan kita bicarakan?"
"OK. Aku tahu apa yang akan kau katakan,
dan kau tahu apa yang akan kukatakan."
Penghindaran (Avoiding) adalah suatu taktik
untuk meminimalkan penderitaan atas pengalaman hubungan yang merosot sama
sekali. Perceraian fisik sering terjadi, atau paling tidak walau pun mereka
masih tinggal bersama/berdekatan mereka mampu menjaga kontak yang minimum.
Contoh:
"Aku sangat sibuk, aku tidak tahu kapan aku
bisa bertemu denganmu."
"Bila aku tak bisa menerimamu saat kau
mencoba menghubungiku, harap maklum."
Pemutusan (Terminating) adalah tahap final dalam
suatu hubungan. Menurut Knapp, pemutusan hubungan bisa terjadi setelah suatu
percakapan singkat maupun setelah tumbuhnya keintiman sepanjang hidup. Umumnya,
semakin lama dan semakin penting hubungan itu, semakin menyakitkan perpisahan
yang terjadi.
Contoh:
"Aku akan pergi...kau tak perlu mencoba
menghubungiku lagi."
"Jangan khawatir...tidak akan pernah."
Sedangkan, menurut Jalaluddin Rakhmat (1998),
penulis buku 'Psikologi Komunikasi', hubungan interpersonal berlangsung
melewati 3 tahap, yaitu: pembentukan hubungan, peneguhan hubungan, dan
pemutusan hubungan.
1. Pembentukan Hubungan Interpersonal
Tahap ini sering disebut sebagai tahap
perkenalan. Perkenalan adalah proses komunikasi di mana
individu mengirimkan (secara sadar) atau menyampaikan (kadang-kadang tidak
sengaja) informasi tentang struktur dan isi kepribadiannya kepada bakal
sahabatnya, dengan menggunakan cara-cara yang agak berbeda pada bermacam-macam
tahap perkembangan persahabatan. Initial contact phase (fase
kontak awal) ditandai oleh usaha kedua belah pihak untuk "menangkap"
informasi dari reaksi kawannya. Masing-masing pihak berusaha menggali
secepatnya identitas, sikap, dan nilai pihak yang lain. Bila mereka merasa ada
kesamaan, mulailah dilakukan proses mengungkapkan diri. Bila mereka merasa
berbeda, mereka akan berusaha menyembunyikan dirinya, dan hubungan
interpersonal mungkin diakhiri. Pada tahap 'saling menyelidik' ini, informasi
yang dicari dan disampaikan umumnya berkisar mengenai data demografis, seperti:
usia, pekerjaan, tempat tinggal, keadaan keluarga, dsb.
Dengan data demografis, orang berusaha membentuk
kesan tentang diri orang lain. Katakanlah, Anda lahir di Tapanuli dari
keluarga Batak Karo. Saya segera menangkap identitas, sikap, dan nilai-nilai
yang Anda anut. Dari informasi itu, saya bisa menduga Anda beragama Kristen.
Informasi lebih lanjut tentang pendidikan dan pekerjaan Anda akan mempengaruhi
penilaian saya terhadap diri Anda.
Menurut Charles R. Burger (1973), informasi pada
tahap perkenalan dapat dikelompokkan menjadi 7 kategori, yaitu: (1) informasi
demografis; (2) sikap dan pendapat: tentang orang atau obyek; (3) rencana yang
akan datang; (4) kepribadian, misalnya: "Bagaiman Anda menghadapi kenaikan
harga sekarang ini?"; (5) perilaku pada masa lalu, misalnya: "Mengapa
Anda sekolah di sekolah itu?"; (6) orang lain, misalnya:"Apakah Anda
kenal dengan Ayu?"; (7) hobi dan minat.
Informasi-informasi itu tidak selalu kita
peroleh melalui komunikasi verbal. Kita juga membentuk kesan dari petunjuk
proksemik, kinesik, paralinguistik, dan artifaktual. Cara Anda mempertahankan
jarak, gerak tangan, lirikan mata Anda, intonasi suara, dan pakaian yang Anda
kenakan akan membentuk kesan pertama. Kesan pertama ini amat menentukan apakah
hubungan interpersonal harus diakhiri atau diperteguh.Menurut William Brooks dan
Phlip Emmert, kesan pertama sangat menentukan, karena itu hal-hal yang pertama
kelihatan (hal-hal yang menentukan kesan pertama) menjadi sangat penting. Para
ahli psikologi sosial menemukan bahwa penampilan fisik, apa yang diucapkan
pertama, apa yang dilakukan pertama mejadi penentu yang penting terhadap
pembentukan citra pertama seseorang.
2. Peneguhan Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal tidaklah bersifat statis,
tetapi selalu berubah. Ada 4 faktor penting yang diperlukan untuk memelihara keseimbangan
dan memperteguh hubungan interpersonal, yaitu: keakraban, kontrol,
respon yang tepat, dan nada emosional yang tepat.
Keakraban merupakan pemenuhan
kebutuhan akan kasih sayang. Hubungan interpersonal akan terpelihara apabila
kedua belah pihak sepakat tentang tingkat keakraban yang diperlukan. Jika dua
orang melakukan tingkat keakraban yang berbeda, akan terjadi ketidak-serasian
dan kejanggalan. Jika A menggunakan teknik sosial seperti berdiri lebih dekat,
melihat lebih sering, dan tersenyum lebih banyak daripada B, maka B akan merasa
A bersifat agresif dan terlalu akrab, sedangkan A akan merasa B bersikap acuh
tak acuh dan sombong.
Kontrol. Ini adalah kesepakatan tentang siapa yang akan
mengontrol siapa dan bilamana. Jika dua orang mempunyai pendapat yang berbeda
sebelum mengambil kesimpulan, siapakah yang harus berbicara lebih banyak,
siapakah yang menentukan, siapakah yang dominan. Konflik terjadi umumnya bila
masing-masing pihak ingin berkuasa, atau tidak ada yang mau mengalah.
Ketepatan respons. Artinya respons A harus
diikuti oleh respons B yang sesuai. Dalam percakapan misalnya, pertanyaan harus
disambut dengan jawaban, lelucon dengan tertawa, permintaan keterangan dengan
penjelasan. Bayangkan apa jadinya jika pertanyaan dibalas dengan pertanyaan,
atau lelucon dibalas dengan nasehat. Respons ini bukan saja berkenaan dengan
pesan-pesan verbal, tetapi juga pesan-pesan nonverbal. Jika pembicaraan saya
yang serius dijawab dengan main-main, ungkapan wajah yang bersungguh-sungguh
diterima dengan air muka yang menunjukkan sikap tidak percaya, hubungan
interpersonal akan mengalami keretakan. Ini berarti Anda memberikan respons
yang tidak tepat.
Keserasian suasana emosional ketika berlangsungnya
komunikasi adalah faktor berikutnya yang diperlukan dalam memelihara hubungan
interpersonal. Walaupun mungkin saja terjadi dua orang berinteraksi dengan
suasana emosional yang berbeda, tetapi interaksi itu tidak akan stabil, besar
kemungkinan salah satu pihak mengakhiri interaksi atau mengubah suasana emosi. Bila
saya turut sedih ketika Anda mengungkapkan penderitaan Anda, saya menyamakan
suasana emosional saya dengan suasana emosional Anda. Anda akan menganggap saya
"dingin" bila saya menanggapi penderitaan Anda dengan perasaan yang
netral.
3. Pemutusan Hubungan Interpersonal
R.D. Nye (1973) dalam bukunya "Conflict
among Humans" menyebutkan 5 sumber konflik, yaitu:
Kompetisi. Salah satu pihak
berusaha memperoleh sesuatu dengan mengorbankan orang lain, misalnya
menunjukkan kelebihan dalam bidang tertentu dengan merendahkan orang lain.
Dominasi. Salah satu pihak
berusaha mengendalikan pihak lain sehingga orang itu merasakan hak-haknya
dilanggar.
Kegagalan. Masing-masing berusaha
menyalahkan yang lain ketika tujuan bersama tidak tercapai.
Provokasi. Salah satu pihak
terus-menerus berbuat sesuatu yang ia ketahui menyinggung perasaan yang lain.
Perbedaan nilai. Kedua pihak tidak sepakat tentang nilai-nilai
yang mereka anut.
D. Kesimpulan
Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang
dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan menggunakan media telepon atau tatap
muka (face to face) dan terjadinya interaksi dialog diantara keduanya
dengan bahasa yang biasanya informal dan mempunyai maksud serta tujuan tertentu
untuk saling bertukar pikiran dan perasaan dengan tujuan adanya hubungan timbal
balik serta kesamaan pemahaman dari komunikasi tersebut.
Karakteristik komunikasi antarpribadi meliputi
beberapa hal yaitu : dimulai dengan diri pribadi (self), bersifat
transaksional, mencakup aspek-aspek isi pesan dan hubungan antarpribadi, adanya
kedekatan fisik antara pihak-pihak yang berkomunikasi, melibatkan pihak-pihak
yang saling tergantung satu dengan lainnya (interdependen) dalam proses
komunikasi, dan tidak dapat diubah maupun diulang.
Di dalam komunikasi antarpribadi, terdiri dari
tahapan-tahapan yang membawa kepada penguatan hubuangan, tapi juga ada siklus
atau tahapan yang membawa kepada perpisahan.
DAFTAR PUSTAKA
Liliweri, Alo.1991. Komunikasi
Antarpribadi. Bandung : Citra Aditya Bakti.
Rakhmat, Jalaluddin. 2008. Psikologi
Komunikasi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Sendjadja, S. Djuarsa.2004. Teori
Komunikasi. Jakarta : Universitas Terbuka.
Stewart L. Tubbs & Sylvia Moss (1996): Human
Commnication: Prinsip-prinsip Dasar, PT Remaja Rosdakarya,
Bandung.
Sugiyo. 2005. Komunikasi Antarpribadi.
Semarang: UNNES Press.
West, Richard dan Lynn H. Turner.2008. Pengantar
Teori Komunikasi. Jakarta : Salemba Humanika.
Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu
Komunikasi. Jakarta: PT. Grasindo.
Komentar
Posting Komentar