Cukup Bahasa Jiwa
Cukup jiwa yang mengatakannya *untuk sahabatku yang sedang jatuh cinta sehabis pentas sebuah acara teater minggu lalu, dan sulit melupakan begitu saja pengalaman sedetik saling bertatapan mata dengan gadis yang dicintainya. Dia adalah sobatku, seorang manusia yang normal sebagai manusia, punya rasa cinta, punya hasrat, punya keinginan, dan punya harapan. “Kiki, aku ingin bertanya…” Tanyakan saja semua yang sedang mengganjal di dalam benakmu silva… “apakah kamu tahu apa yang mau aku katakan..?” Yah, aku tahu. Aku tahu semua yang ada di benakmu, silva. Tetapi katakanlah. “Tidak cukup Kiki untuk mengatakan saat ini, malam ini, bahkan hingga besok pun waktu tak cukup” Yah aku tahu. Kata-kata tidak cukup merepresentasi semua yang ada di benakmu. Waktu pun tak cukup membeku menahan kekuatan kata-katamu. Tetapi katakanlah. “Kiki…” Yah…aku tahu. “…Mengapa ada ruang kosong yang terisi ketika kamu menatapku dan aku menatapmu?...” Yah aku tahu. Ada intensitas dalam jarak antara kamu